Pengaruh Puasa Terhadap Kesehatan Mental Rohani dan Jasmani

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Setiap ibadah yang kita lakukan sebenarnya merupakan bentuk riyadhah untuk mendidik nilai moral tertentu. Baik itu ibadah salat, zakat, puasa atau ibadah lainnya didalamnya terkandung pesan moral.  Bahkan begitu mulianya pesan moral ini, sampai Rasulullah Saw. menilai harga suatu ibadah itu dari sejauh mana kita menjalankan pesan moralnya. Apabila ibadah itu tidak meningkatkan akhlaq kita , Rasulullah menganggap bahwa ibadah itu tidak bermakna.
Selain memiliki pesan moral setiap ibadah juga memiliki pengaruh terhadap  kesehatan rohani dan jasmani. Sebagai salah satu contohnya adalah puasa, berpuasa pada hakikatnya tidak sekedar menahan lapar dan haus saja akan tetapi merupakan latihan kita dalam menundukan hawa nafsu. Jika seseorang sudah berhasil menundukan hawa nafsunya dia akan naik kepada wilayah ketika ruhnya bisa mengendalikan tubuhnya. Setelah itu maka akan memasuki tingkatan selanjutnya yaitu ketika ruhnya bisa mengendalikan alma semesta.
Puasa juga memiliki manfaat dan pengaruh terhadap fisik hal itu sudah dibuktikan dengan beberapa penelitian atau pengamatan tentang manfaat puasa. Orang yang terbiasa berpuasa akan terlihat lebih unggul dari berbagi sisi dengan orang yang tidak mengenal puasa. Maka dari itu puasa mempunyai pengaruh-pengaruh tersendiri bagi umat islam yang menjalankannya.

Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud Puasa ?
Apa yang dimaksud Kesehatan Mental dan Rohani Jasmani?
Bagaimana Pengaruh Puasa terhadap Kesehatan Mental Rohani dan  Jasmani ?

Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui tentang puasa
Untuk mengetahui tentang Kesehatan Mental Rohani dan Jasmani
Untuk mengetahui Pengaruh Puasa terhadap Kesehatan Mental Rohani Jasmani


BAB II
PEMBAHASAN

Hakikat Puasa
Puasa dalam istilah lain yaitu Shaum, menurut bahasa Arab adalah menahan diri dari segala sesuatu, seperti menahan makan, minum, nafsu, menahan bicara yang tidak bermanfaat dan sebagainya. Dalam kitab al-Raghib yang disebut shaum berarti tidak melakukan sesuatu, baik makanan, pembicaraan, maupun perjalanan. Kata Abu Ubaidah setiap orang yang meninggalkan makan, tidak mau bergerak, dan tidak mau bicara (di dalam bahasa Arab) disebut sha’im. Sedangkan menurut istilah syara yang dimaksud dengan shiyam adalah menahan diri dari makanan, minuman, dan bercampur dengan istri/suami dengan niat dari terbit fajar sampai terbenam matahari.
Pengertian diatas menunjukan beberapa hal. Pertama, itulah syarat minimal puasa. Kedua, puasa itu harus disertai niat. Waktunya dari terbit fajar sampai tenggelam matahari. Dan sempurnanya puasa yaitu meninggalkan hal-hal yang tercela dan tidak melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama.
Dalil kewajiban puasa terdapat dalam al-Quran surat al-Baqarah ayat 183
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. “
Firman Allah tentang waktu puasa terdapat dalam al-Quran surat al-Baqarah ayat 187
وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ 
Artinya :
“dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.”
Berpuasa wajib itu dalam waktu yang telah ditentukan, yaitu selama bulan Ramadhan. Akan tetapi, siapa yang sakit atau berada dalam perjalanan, boleh berbuka dan menggantinya di hari lain sebanyak hari berbuka. Juga orang yang amat berat baginya mengerjakan puasa sepeti orang tua, sakit yang tidak ada harapan akan sembuh, perempuan hamil dan perempuan yang menyusui semuanya boleh berbuka dan diganti dengan membayar fidyah, memberi makan fakir miskin.
Hakikat dari puasa yaitu tiada lain tunduk kepada Kehendak Illahi. Nabi Muhammad Saw. bersabda, “Semua amal anak adam dilipatgandakan, Kebaikan dilipatgandakan sepuluh sampai seratus kali, kecuali puasa, kata Tuhan. Puasa untuk Aku, dan Aku yang akan memberikan pahalanya. Orang yang berpuasa meninggalkan keinginannya hanya untuk Aku. Bagi orang yang berpuasa ada dua kebahagiaan: yaitu ketika ia berbuka dan kebahagiaan ketika ia berjumpa dengan Tuhannya” (HR. Bukhari dan Muslim). Jadi hakikat puasa menurut Nabi Saw. adalah meningglkan keinginannya untuk menjalankan perintah Tuhanyya; meninggalkan kehendak diri dan menjalankan kehendak Illahi.
Puasa hakiki hanyalah menempatkan Allah di dalam hati, menjalani proses kemanunggalan meng-Gusti-kan perwatakan kawula. Dengan puasa hakiki, maka kita akan menyadari bahwa sebenarnya puasa merupakan hadiah Allah untuk umat manusia. Sehingga bagi hamba Allah yang telah mencapai ma’rifat, akhirnya puasa wajib dan sunnah bukanlah berbeda. Secara lahiriah keduanya memang berbeda dari segi waktu dan cara pelaksanaannya,akan tetapi secara batiniah, esensi kedua jenis puasa itu tidak berbeda.
Bagi Syekh Siti Jenar,  puasa hakiki akan melahirkan watak manusia yang pengasih, mengantarkan kesadaran untuk selalu ikut berperan serta mengangkat harkat dan derajat kemanusiaan, berperan aktif memerangi kemiskinan dan selalu menyertai sesama manusia yang berada dalam penderitaan.[6] Puasa hakiki adalah kesadaran batin untuk menjadikan hawa nafsu sebagai hal yang harus dikalahkan, dan ke-dzalim-an sebagai hal yang harus ditundukkan. Oleh Syekh Siti Jenar, puasa secara lahir disubstitusikan dengan kemampuan untuk melaparkan diri, bukan sekedar mengatur ulang pola makan di bulan Ramadhan, tetapi mampu membiasakan diri lapar, bukan membiarkan kelaparan. Sehingga terciptalah sistem masyarakat yang terkendali hawa nafsunya.
Dalam Puasa harus diusahakan keduanya berpadu secara harmonis. Puasa dari segi rohani akan batal jika niat dan tujuannya tergelincir kepada sesuatu yang haram, walau hanya sedikit. Puasa syariat berkait dengan waktu, tetapi puasa rohani tidak pernah mengenal waktu. Terus menerus dan berlangsung sepanjang hayat di dunia dan akhirat. Inilah puasa yang hakiki seperti yang dikenal oleh orang yang hati dan jiwanya bersih.

Kesehatan Mental Rohani dan Jasmani
Pengertian
Sehat menurut batasan World Health Organization (WHO) adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Menurut Zakiah Darojad (1982) kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan dan penyakit jiwa, dapat menyesuaikan diri, dapat memanfaatkan segala potensi dan bakat yang ada semaksimal mungkin dan membawa pada kebahagiaan bersama serta mencapai keharmonisan jiwa dalam hidup. 
Sehat jasmani berhubungan dengan keadaan badan atau tubuh seseorang atau badan yang bebas dari segala macam dan jenis penyakit atau badan yang tidak sakit sesuai ilmu kesehatan dan ilmu kedokteran.
Islam sangat memperhatikan kondisi kesehatan sehingga dalam al-Quran dan hadits banyak ditemui banyak referensi tentang kesehatan, baik sehat jasmaniyah, rohaniyah, maupun sosial. Kesehatan merupakan nikmat Allah Swt. yang sering dilupakan manusia, sebagaimana Rasul mengungkapkan dalam haditsnya :
“Dari Ibnu Abbas dia berkata; Nabi Saw. bersabda: Dua kenikmatan yang sering dilupakan oleh kebanyakan manusia adalah kesehatan dan waktu luang” (HR. Bukhari, Tirmidzi, Ibnu Majjah).
Hubungan kesehatan mental dengan kesehatan rohani/ kehidupan spiritual
Zakiah Daradjat mendefinisikan mental yang sehat adalah terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan serta terciptanya penyesuaian diri antara individu dan dirinya sendiri serta lingkungan berdasarkan keimanan dan ketakwaan serta bertujuan untuk mencapai kehidupan bermakna dan bahagia.
Kebutuhan manusia selain kebutuhan biologis, sosial juga mempunyai kebutuhan metafisis. Kebutuhan terakhir ini terutama memberikan spiritual/ kerohanian, yaitu kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Sang Maha Ada, Sang Maha Kuasa.
Dengan menyerahkan diri kepada-Nya dengan bersujud dengan caranya sendiri-sendiri dengan kepercayaan (agama) niscaya akan mendapat ketentraman. Segala derita atau kesusahan diserahkan kepada keadilan-Nya. Bagi yang baru menderita dapat rela menerima kenyataan sebagaimana takdirnya. Dengan keyakinan dan kepercayaan dapat memperoleh keseimbangan mental.
Hubungan kesehatan mental dengan kesehatan jasmani
Menjaga dan memelihara kesehatan jasmani adalah hal yang diajarkan dalam Islam, seperti menjaga kebersihan, menjaga makanan yang baik dan halal, baik secara zat maupun cara mendapatkannya, serta membiasakan olahraga supaya fisik kuat. 
Antara mental dan fisik mempunyai hubungan yang sangat erat tetapi seberapa jauh eratnya memang belum dapat diketahui secara pasti. Contoh : fisik yang sedang menderita sakit, mental dalam menghadapi problema berbeda dengan pada waktu fisiknya sehat, yaitu antara lain mudah tersinggung.
Demikian pula fisik yang sedang sakit, tetapi sikap mentalnya selalu optimis penuh harapan sembuh, maka derita sakit akan lebih ringan dan lekas sembuh. Sedang bagi mereka yang pesimis lebih sulit/lama disembuhkan. Misalnya takut mati takut penyakitnya menjadi parah. Maka tepatlah kiranya bahwa pasien diberikan penjelasan mengenai penyakit serta bahayanya agar yang bersangkutan menyadari dan optimis.

Pengaruh Puasa Terhadap Kesehatan Mental Rohani dan Jasmani
1. Pengaruh Puasa terhadap Kesehatan Jasmani
Pengaruh puasa ditinjau dari kesehatan fisik, banyak mengandung hikmah atau manfaat[7]. Nabi Muhammad SAW. bersabda, “Berpuasalah kamu, niscaya kamu akan sehat”.[8] Puasa juga memiliki pengaruh lain bagi jasmani, Beberapa pengaruh yang telah diteliti dan dibuktikan kebenarannya.
Dari berbagai penelitian, berpuasa terbukti memberi kesempatan beristirahat bagi organ pencernaan, termasuk system enzim maupun hormon.Dalam keadaan tidak berpuasa, system pencernaan dalam perut terus aktif mencerna makanan, hingga tak sempat beristirahat.Dan, ampas yang tersisa menumpuk dan bisa menjadi racun bagi tubuh. Selama berpuasa, system pencernaan akan beristirahat dan memberi kesempatan bagi sel-sel tubuh khususnya bagian pencernaan untuk memperbaiki diri.
Dr. Muhammad Al-Jauhari seorang guru besar dari Universitas Kedokteran di Kairo mengatakan bahwa puasa dapat menguatkan pertahanan kulit, sehingga dapat mencegah penyakit kulit yang disebabkan oleh kuman-kuman besar yang masuk dalam tubuh manusia.[9]
Puasa juga bisa menghindarkan kita dari potensi terkena serangan jantung dan mengurangi resiko stroke.Puasa juga dapat memperbaiki kolesterol darah. Kadar kolesterol darah yang tinggi secara jangka panjang akan menyumbat saluran pembuluh darah dalam bentuk aterosklerosis (pengapuran atau pengerasan pembuluh darah).
Bila hal ini terjadi di otak, maka akan berakibat stroke dan bila terjadi di daerah jantung menyebabkan penyakit jantung.  Karena puasa akan mematahkan terjadinya peningkatan kadar hormone katekholamin dalam darah karena kemampuan mengendalikan diri saat berpuasa.
2. Pengaruh Puasa terhadap Kesehatan Mental Rohani
Syekh menyatakan bahwa puasa memainkan peranan penting dalam jiwa dari keinginan-keinginan jasmani. Puasa berperan sebagai latihan spiritual. Pengaruh puasa yang paling penting adalah menghilangkan kotoran yang dikumpulkan jiwa dalam bersahabat dengan badan. Membebaskan jiwa dari segala keinginan. Pengaruh puasa juga bisa menekankan segala hasrat sesaat dan mengalihkan manusia kepada malaikat yang tidak memiliki keinginan-keinginan jasmani dan hanya tetap menyembah Allah Swt.

Para ulama Sufi berpandangan bahwa puasa adalah cara untuk menahan diri dari nafsu jasmani dan memutuskan hasrat-hasrat duniawi yang muncul dari pengaruh bisikan-bisikan syetan dan kawan-kawannya yang ditempatkan pada diri manusia
Syeikh Abdul Qadir al-Jailani dalam karya monumentalnya Sirr al-Asrar  menyatakan bahwa bila seseorang berpuasa hendaknya mampu mengharmonikan  kondisi  lahir  dan batinnya, seperti perutnya yang  dikosongkan dari  makan  dan  minum. Jadi harus ada keseimbangan antara puasa dari sisi syari’at, dan puasa dari sisi ruhani.[13]

            Menurut Syeikh Ghulam Mu’inuddin, Puasa yang paling baik, yaitu puasa dalam dimensi pikiran. Dengan kata lain, orang-orang puasa tidak memikirkan apa pun kecuali Allah. Mereka telah dapat mempertimbangkan kehidupannya di dunia ini hanya sebagai bekal kebahagiaan dalam kehidupan selanjutnya.

            Puasa yang dikerjakan juga meliputi pengendalian penglihatan dari segala pandangan yang mengarah pada kejelekan dan menjauhkan diri dari percakapan yang tidak bermanfaat seperti, berkata dusta, mefitnah, bicara tidak senonoh dan tindakan-tindakan yang berpura-pura. Singkatnya, orang-orang yang berpuasa seperti itu harus berupaya untuk berdiam diri, dan apabila mereka berkata-kata harus yang baik-baik sehingga jalan untuk mengingat kepada Allah semata akan lebih mudah.
    Puasa merupakan sarana yang efektif untuk merenovasi jiwa-jiwa yang hampir terperosok ke dalam lubang-lubang keingkaran, mensucikan diri dari lumuran dosa-dosa jahiliyah. Dengan kata lain, puasa yang tepat akan bisa mengangkat seseorang yang telah berkubang dalam maksiat menuju fitrahnya sebagai manusia itu sendiri.

Selain hukumnya wajib, puasa juga dapat menjadi sarana latihan agar mampu mengendalikan diri, menyesuaikan diri, serta sabar terhadap dorongan-dorongan atau impuls-impuls agresivitas yang datang dari dalam diri. “Ini (merupakan) salah satu hikmah puasa di bidang kesehatan jiwa,” kata Dr. dr. H. Dadang Hawari.[14]

Menurut Dadang Hawari (1995), dalam setiap diri manusia terdapat naluri berupa dorongan agresivitas yang bentuknya bermacam-macam, seperti agresif dalam arti emosional, contohnya mengeluarkan kata-kata kasar, tidak senonoh dan menyakitkan hati (verbal abuse).

Salah satu ciri jiwa yang sehat adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan diri. Pengendalian diri atauself control amat penting bagi kesehatan jiwa sehingga daya tahan mental dalam menghadapi berbagai stress kehidupan meningkat karenanya. Saat berpuasa, kita berlatih kemampuan menyesuaikan diri terhadap tekanan tersebut, sehingga kita menjadi lebih sabar dan tahan terhadap berbagai tekanan.

BAB III
KESIMPULAN
Simpulan
Puasa adalah pembersihan diatas pembersihan. Puasa tidak bermakna kalau tidak membawa pelakunya kepada kedekatan terhadap Allah. Orang awam akan cepat berbuka begitu waktu buka tiba. Tetapi orang yang rohaninya ikut berpuasa, tidak akan pernah berhenti berpuasa secara rohani walaupun secara fisik ia juga berbuka sebagaimana orang lain.
Adapun pengaruh puasa bagi terdapat beberapa pengaruh bagi kesehatan, baik itu kesehatan jasmani ataupun kesehatan rohani.Dari berbagai penelitian, berpuasa terbukti memberi kesempatan beristirahat bagi organ pencernaan, termasuk system enzim maupun hormon diri dan puasa juga dapat menguatkan pertahanan kulit, sehingga dapat mencegah penyakit kulit yang disebabkan oleh kuman-kuman besar yang masuk dalam tubuh manusia.Puasa juga bisa menghindarkan kita dari potensi terkena serangan jantungdan mengurangi resiko stroke.Puasa juga dapat memperbaiki kolesterol darah.
Sedangkan pengaruh bagi rohani salah satunya adalah dengan berpuasa maka mental maupun kejiwaan dapat lebih terkontrol, serta puasa juga dapat membantu mengurangi stress pada manusia dan insomnia karena masalah.
Saran

DAFTAR PUSTAKA
Rakhmat, Jalaluddin. 2005. Madrasah Ruhaniyah. Bandung: Mizan Pustaka
Fachruddin,. 1984. Pembinaan Mental. Bandung: Bina Aksara
Maulana, Hadrat. 2001. Bimbingan Bagi Para Murid Spiritual. Bandung : Marza
Sundari, Siti. 2005. Kesehatan Mental dalam Kehidupan. Jakarta: Rineka Cipta
Saefullah, Chatib. 2018. Kompilasi Hadits Dakwah. Bandung: Simbiosa Rekatama Media
Hawwa, Said. 1983. Jalan Ruhani. Bandung: Mizan
Supriyadi, Dedi. 2008. Fiqh Bernuansa Tawasuf al-Gazali. Bandung: Pustaka Setia 
Sumber Lain
https://risnamediabki.wordpress.com/agama/makalah-manfaat-puasa-terhadap-kesehatan-jasmani-dan-rohani/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nambah Teman yuk

Dakwah Sebagai Salah Bentuk Perwujudan Dari Perintah Saling Menasehati Dalam Kebaikan